Dr. Wididana: Rajin Kunci Sukses Sederhana
Mendidik Anak Yang Kreatif Dan Disiplin
09 Maret 2022 Dibaca: 472 Pengunjung
Gede Ngurah Wididana Direktur Utama PT Karya Pak Oles Grup
Salah satu kegagalan orang tua dalam berumah tangga adalah dalam mendidik anak. Masalah pendidikan sangatlah penting bagi keberlanjutan generasi. Tanpa pendidikan yang cukup, memadai dan tepat sasaran, atau sesuai dengan kebutuhan generasi, maka akan terjadi kegagalan tujuan pendidikan, yaitu melahirkan generasi yang mandiri, kreatif, disiplin, bertanggung jawab dan toleransi.
Lahirnya banyak generasi yang bermental krupuk, tidak tahan banting, instan, mau enaknya sendiri, kurang sabar, emosional, tidak mandiri, merupakan hasil dari proses pendidikan yang gagal. Bagaimanapun hebatnya pendidikan formal yang dilakukan oleh generasi muda, jika hasil akhirnya adalah melahirkan generasi yang bermental krupuk, itu berarti pendidikan yang dilaluinya baru sebatas di kulit, atau teoritis, yang jika dipraktikkan akan memiliki nilai nol besar.
Dewasa ini terjadi perubahan cara pandang generasi akan pendidikan. Jika pada era sebelum tahun 1990-an, generasi muda ingin bersekolah, akan tetapi banyak orang tua mengalami kekurangan pendanaan dalam menyekolahkan anaknya, di samping juga karena faktor minimnya informasi dan teknologi informasi yang belum berkembang seperti sekarang.
Tapi pada saat itu generasi muda sangat kreatif dalam mencari peluang untuk bersekolah, dan hasilnya lahir banyak generasi kreatif, tahan banting dan berprestasi, karena telah ditempa oleh kondisi yang sangat minim. Walaupun banyak juga generasi muda yang gagal bersekolah karena alasan kekurangan dana atau kemiskinan.
Pada generasi era 2000-an, justru terjadi kebalikannya, yaitu banyak orang tua yang mampu, bahkan sangat mampu menyekolahkan anaknya sampai tingkat SMA, atau perguruan tinggi atau pasca sarjana, dengan ide-ide cemerlang dan potensi sumberdaya manusia, dan sumber daya lainnya yang sangat memadai, dan bisa melahirkan generasi berpendidikan yang berprestasi sesuai dengan bakatnya, di samping juga didukung oleh program-program beasiswa, atau bantuan pendidikan dari pemerintah.
Di lain pihak justru masih banyak generasi muda yang kehilangan arah, yaitu asal bersekolah, yang hanya ikut-ikutan trend mengikuti jurusan pendidikan tertentu tanpa menyesuaikan minat dan bakatnya, tanpa mengetahui untuk apa belajar tentang apa.
Hasilnya adalah melahirkan generasi pengangguran, karena generasi yang dihasilkan adalah generasi yang bermental instan, asal tamat, tidak siap kerja, asal-asalan, atau sekedar bergaya dengan gengsi berpendidikan tinggi, tetapi tidak siap dalam kompetisi kerja.
Kegagalan pendidikan generasi muda pada awalnya berasal dari keluarga, yaitu orang tua (bapak, ibu, orang tua wali) yang tidak serius memikirkan anak-anaknya untuk bersekolah, sehingga menganggap pendidikan adalah tugas sekolah, bukan tugas keluarga.
Ketidak seriusan dalam memperhatikan pendidikan generasi muda adalah dalam bentuk tidak disiplin, atau membiarkannya, atau terjadi jarak yang kaku antara orang tua dan anak, sehingga orang tua tidak mengetahui perkembangan anak secara keseluruhan.
Dengan cara ini akan lahir generasi muda yang sembrono, tidak disiplin, cuek dan menganggap enteng, yang pada akhirnya akan menjadi generasi muda yang tidak siap dalam dunia kerja. Di lain pihak ada juga keluarga yang sangat protektif akan pendidikan anaknya, sangat disiplin, dan ketakutan akan kesalahan-kesalahan yang dilakukan anaknya dalam menjalani proses pendidikan, sampai-sampai anaknya bosan sekolah, karena terlalu didikte orang tua. Dengan cara pendidikan ini akan lahir generasi yang tidak mandiri, takut mengambil keputusan, dan suka menyalahkan atau tergantung bantuan orang tua jika ada masalah.
Generasi ini bisa disebut sebagai “generasi anak mama.” Bahaya dari generasi yang sembrono dan generasi anak mama ini adalah dalam hal ketidak-siapan mereka dalam menghadapi dunia kerja yang penuh kompetitif, kreatif, berani, bertanggung jawab. Jika mereka tidak siap menghadapi dunia kerja, maka dapat dipastikan, mereka tidak bisa mendapatkan kerja, mereka akan bekerja asal-asalan, mereka diberhentikan karena kasus ketidak-disiplinannya, atau diberhentikan karena mereka tidak kreatif, tidak berani, dan tidak bertanggung jawab.
Persoalan pendidikan adalah dari keluarga, yang selanjutnya dalam proses pendidikan formal mengikuti pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. Kedisiplinan, tanggung jawab, keberanian, kreatifitas adalah modal yang tidak terlihat (intangible asset) yang harus dimiliki oleh keluarga yang ditanamkan kepada generasi muda dari dalam keluarga.
Modal uang atau fasilitas pendidikan akan mengikuti generasi muda, jika mereka sudah memiliki modal yang tidak terlihat tersebut. Keluarga yang sehat, harmonis, rukun, penuh kasih sayang, akan melahirkan generasi yang berprestasi. Di lain pihak, banyak keluarga yang banyak uang, tapi tidak harmonis dan kurang kasih sayang, akan melahirkan generasi yang tidak berprestasi, tidak produktif, bahkan menjadi generasi perusak.
TAGS :
Berita Terbaru
Dr. Wididana: Rajin Kunci Sukses Sederhana
Teh Jahe Merah Mampu Lancarkan Sirkulasi Darah
Pijat Refleksi Kombinasi Minyak Bokashi-EM SPA Dukung Kesehatan Seluruh Badan
Pak Oles: Disiplin Menjadi Motto Kehidupan Sehari-hari